. bless me up: bahaya SHOPAHOLIC

Pages

Jumat, 24 September 2010

bahaya SHOPAHOLIC

Bahaya shopaholic (gila belanja) dapat menghancurkan sendi kehidupan rumah tangga. Bagaimana menyikapinya?
Menurut pendapat umum, perempuan dianggap memiliki kecenderungan suka belanja yang melebihi laki-laki, bahkan kerap ada yang menjadi gila belanja (shopaholic). Namun sebenarnya, laki-laki pun tidak lepas dari bahaya kecenderungan ini.
Shopaholic adalah kepanjangan tangan dari kecenderungan konsumtif yang merupakan imbas globalisasi hasil oleh kapitalisme. fenomena ini lantas menghasilkan perubahan kecenderungan hidup masyarakat menjadi konsumeristik-materialistik-hedonistik.
Dewasa ini, gejala yang mengarah kepada kecenderungan ini mulai mewabah dalam masyarakat, khususnya sejak kian rebaknya aneka pusat-pusat perbelanjaan, mudahnya akses konsumen kepada barang, kian terjangkaunya harga barang, dan berbagai faktor lainnya. Terlebih, kini banyak wanita yang mampu berdikari menghasilkan uang, hingga mereka pun merasa bebas mengeksploitasi hasil kerjanya.
Dalam kehidupan rumah tangga, kecenderungan ini sungguh berbahaya. Menurut psikolog Dr Jeanette Murad Lesmana, jika kita mendapati keanehan dalam pola belanjaan pasangan kita, maka sudah saatnya kita segera membicarakan ulang pola pengelolaan keuangan keluarga.

Mungkin pasangan kita, khususnya istri, masih membawa kebiasaan masa lajangnya yang suka belanja, atau bisa juga dia merasa “aji mumpung”, mumpung belum punya anak, sekarang masih waktunya bersenang-senang. Atau juga istri kita adalah tipe yang mengharapkan suami menyediakan segala kebutuhan materi dan keperluan rumah tangga, hingga uang hasil kerja pribadinya yang dilipatkan dengan penghasilan suami menjadi miliknya dan bebas dia gunakan sesuka hati.
Menyikapinya, ada baiknya kita ajak pasangan kita itu untuk membicarakan rencana masa depan bersama. Tidak perlu menyinggung kebiasaan belanjanya, tapi ajaklah dia berdiskusi tentang apa yang ingin dicapai keluarga. Seperti, jika belum punya rumah, pertanyakan kapan berencana akan membeli rumah, dan bagaimana cara memenuhi keinginan itu? Atau juga mendiskusikan kapan akan punya anak, dan apa yang harus dipersiapkan.
Ajaklah pasangan kita menghitung pengeluaran keluarga dan kebutuhan masing-masing. Ajak dia untuk menentukan besar uang yang harus disisihkan, dan berapa sisa yang dapat dibelanjakan. Dengan cara ini, mungkin, pasangan kita dapat mengurangi keinginan belanjanya.
Dalam hal ini, pasangan kita perlu diajak berpikir rasional, dan tidak perlu keras menegurnya, karena bisa jadi dia malah melawan. Segalanya harus dimulai dengan diskusi, bukan berkelahi, karena saling mendengarkan pendapat adalah cara paling tepat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar